siakuh

siakuh
@dayangsumbi

Sabtu, 31 Desember 2011

“The Boiled Frog”

“Ya ampun”, spontan saya katakan setelah melihat jadwal kultum yang diberikan pagi hari, tepatnya selasa, 20 September 2011 di ruang guru putri SMAIT As Syifa. Yang membuat saya kaget adalah saya kebagian kultum memakai bahasa Inggris --Halohalo… tampaknya apapun bahasa yang saya ucapkan, logat yang keluar pasti bahasa Sunda ^0^. Biasanya saya kebagian jadwal kultum bahasa Sunda, terasa lebih nyaman karena bahasa ibu. Lebih paham nada, jeda dan intonasi ketika mengucapkannya. Keadaannya semakin parah karena jadwal kultum saya BESOK. Ya, tanggal 21 September.

Langsung saja saya mencari narasumber. Siapa lagi kalau bunda Thika dan bunda Lingga. Ahay! Alhamdulillah persediaan cerita bahasa Inggris mereka buanyak. Saya mendapat cerita-cerita dari bunda Lingga, all about frog. Setelah dibaca-baca, ternyata ada salah satu yang dipilihkannya untuk saya. The title is “The Boiled Frog”.

They say that if we put a frog into a pot of boiling water, it will leap out right away to escape the danger. But, if you put a frog in a kettle that is filled with water that is cool and pleasant, and then we gradually heat the kettle until it starts boiling, the frog will not become aware of the threat until it is too late. The frog’s survival instincts are geared towards detecting sudden changes.

***

Benar saja ternyata, ngomong bahasa Inggris membuat lidah saya terasa berat dan tentunya logatnya pun masih nyunda pisan. Maklum, sarapannya bukan roti dan keju –halo, apa hubungannya? Apapun alasannya, saya harus bisa nyampein kultum bahasa Inggris pagi ini.

Beberapa menit sebelum break the day dimulai, saya masih minta diajarkan cara pengucapan vocab yang benar kapada bunda Thika dan bunda Lingga. Walhasil, saya pasrahkan saja kepada Allah, yang penting saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Maaf-maaf saja kalau logat sundanya masih ada.

Break the day pun dimulai dengan pembukaan oleh MC lalu tasmi, dan speech dari Hanifah FFG, mantan ketua E-Club 2010. Pastinya siswa saya, Hani, lebih fasih berbicara bahasa Inggris --tambah ciut nih. ”Tenang-tenang… tarik napas yang dalam, jangan biarkan kegugupan mengundang keringat meluncur bebas membasahi punggung dan menggetarkan lutut serta tangan”, pikirku.

Now, let’s listen the short speech from bunda Titin. The time is yours” Irma berqola. “Wadduh, bagian saya nih”. Deg! –dagdigdugder. Dengan senyum ketenangan –berusaha tenang tepatnya—saya melenggang mendekati speaker dan mengambilnya dari MC. “Adduh, ada yang lupa. Kata pembukanya belum disiapin…” Akhirnya saya buka dengan “Assalamualaikum… How are u today?” #denganpenuhsumanget# “Untuk pertama kalinya bunda berbicara bahasa Inggris di depan kalian” #Lho, yang keluar kok bahasa Indonesia… gapapa ah, pembukaannya aja. “Mohon maaf ya kalau pengucapan vocabnya ada yang salah” #Lholho, kok bahasa Indonesia lagi yang keluar. Stop.

Today, I would like to tell u about ‘The Foiled Frog’ blablablabla….. sampai akhir. “Understand?” tanyaku. –ngekngok— tampaknya mereka tak begitu paham, karena saya kurang jelas dan mungkin salah mengucapkan vocabnya. Ada yang menjawab “Little little…”.

“Ini kisah tentang kodok. Ketika kodok dimasukkan ke dalam panci yang berisi air mendidih, spontan kodok tersebut akan melompat keluar panci untuk menghindari bahaya. Tetapi berbeda ketika kodok tersebut disimpan di panci atau tempat yang berisi air yang dingin dan nyaman. Lalu kita hangatkan panci tersebut sampai airnya mendidih. Ternyata kodok tersebut tidak bisa melompat atau menghindar dari bahaya air mendidih karena terlambat menyadari bahwa dia berada dalam kondisi yang sangat berbahaya” jelasku.

“Kisah kodok ini bisa diibaratkan dengan kehidupan kita. Tepatnya berkenaan dengan gozwul fikri. Ketika kita dihadapkan dengan kondisi yang jelas bahayanya atau hukumnya, kita akan lebih waspada. Contohnya ketika kita mengetahui hukum berzina, minum khomr, dan lain-lain yang diharamkan Allah. Kita akan lebih waspada untuk tidak melakukannya. Berbeda halnya ketika kita dihadapkan dengan hal yang kita anggap biasa atau sepele, tetapi lama kelamaan hal yang dianggap sepele tersebut bisa jadi bahaya yang sangat besar”.

“Contohnya yang sedang marak akhir-akhir ini adalah menonton film korea, dampak yang timbul tidak akan langsung terasa. Semakin lama, semakin sering menonton film korea, gaya hidup, cara penampilan, tingkah laku, dll. akan mengikuti apa yang dicontohkan oleh sang idola. Inilah yang namanya perang pemikiran. Disadari atau tidak, sampai saat ini kita masih dijajah. Dijajah oleh budaya-budaya yang merusak keislaman dan keimanan kita. Mereka menggunakan cara halus untuk bisa menghancurkan kita. Maka dari itu marilah kita tingkatkan kewaspadaan, kehati-hatian kita dalam menjaring budaya yang masuk, baik dari tontonan, lagu, dan sebagainya”.

That all for me. Mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalamualaikum….”. Uuhh.. leganya, walaupun tidak semuanya berbahasa Inggris, yang penting selesai. Akhirnya bisa dilewati juga. Saya berharap kisah kodok ini bisa membuat kita semakin waspada!

Acipa, 21/9/2011

21:52 WIB

1 komentar: