siakuh

siakuh
@dayangsumbi

Sabtu, 31 Desember 2011

Tiga Hal yang Penting

Bersama kurang lebih 150 akhwat, di sebuah aula. Tema yang disajikan nampaknya sangat menarik perhatian, sehingga pesertanya lebih banyak dari perkiraan awal. Tidak menarik bagaimana, temanya “Membangun Keluarga Islami”. Setiap muslimah tentunya mempunyai cita-cita bisa membangun keluarga yang “SAMARA”—sakinah,mawaddah, warohmah. Diperlukan ilmu, tips-tips, kiat-kiat, dll. yang berhubungan dengan cara membangun keluarga islami tersebut. Sedikitnya ada tiga hal besar yang saya ambil dari pertemuan hari ini.

1. Niat

Hal yang satu ini merupakan awalan yang bisa menentukan hasil akhir. Suatu pekerjaan yang diniatkan baik, selanjutnya, sampai proses akhir, insya Allah bernilai baik pula. Pun sebaliknya, walau pekerjaan yang dilakukan baik, jika niatnya salah, maka nilai pekerjaan baik pun bernilai salah. Sama halnya dengan niat seorang akhwat ataupun ikhwan yang mempunyai niat untuk menggenapkan agamanya dengan menikah. Niat yang dihadirkan dalam hatinya harus ‘lurus’, hanya mengharap ridho Allah. Bukan karena nafsu, desakan orangtua, mencari status—karena teman-temannya sudah menikah, bahkan sudah mempunyai anak, terus ikut-ikutan, atau malu karena disebut ngga laku. Ingat, tujuan menikah itu bukan hanya berorientasi kepada keduniaan saja, tapi hal yang lebih penting dari itu adalah bagaimana keluarga yang kita bangun bisa disambung di akhirat nanti, sehingga masing-masing menjadi bidadari dan bidadara surga. Terus bagaimana cara meluruskan niat? Sebaiknya baca banyak referensi atau tanyakan kepada orang yang lebih paham… he.

Kalau menurut saya—yang ilmunya baru seuprit, kita harus renungi, sebenarnya tujuan menikah itu apa? Apa yang mau kita cari? Kalau tujuannya hanya keduniawian saja, berarti harus diperbaiki. Kalau tujuannya untuk beribadah, ingin mencetak generasi rabbani sehingga bisa dipertanggungjawabkan di akhirat, baru baik, insya Allah. So, luruskan niat!.

2. Bangun Kepribadian

Mencari calon pasangan itu tidak harus yang mempunyai kepribadian. Lho?

Maksudnya, tidak harus yang sudah punya rumah pribadi, mobil pribadi, dan pribadi-pribadi yang lain. Kriteria yang ini mah cuman bonus saja, yang utamanya harus melihat dari sisi agamanya, keimanannya, insya Allah akan bahagia. Karena kebahagiaan itu tidak bisa diukur dari banyaknya harta ataupun hal keduniaan lainnya. Kebahagiaan itu lahir dari hati yang lapang, yang senantiasa bersyukur, selalu berprasangka baik kepada Allah. Walaupun memang, yang namanya materi itu penting, tapi jangan sampai dijadikan nomor wahid.

Kita pasti sering mendengar kalimat seperti ini, “Laki-laki yang baik itu diperuntukkan wanita yang baik, pun sebaliknya”. Itu sudah jadi ketentuan Allah. Walaupun mungkin dari penilaian manusia tidak baik, bisa jadi orang tersebut baik untuk kita. Intinya dengan siapapun jodoh kita nantinya, insya Allah itu yang terbaik di mata Allah untuk kita.

Bagi akhwat yang belum menemukan bidadaranya, bisa jadi Allah melihat dulu kepribadiannya yang lebih baik, sampai akhirnya bisa disandingkan dengan pasangan yang baik pula. Dengan cara apa supaya kepribadian kita baik? Ya dengan cara takwa kepada-Nya. Bekali diri dengan ilmu, laksanakan apa yang diperintahkan dan jauhi larangan-Nya.

3. Melaksanakan kewajiban sebagai istri ataupun suami

Setelah menemukan pasangan, dibekali dengan ilmu yang cukup, niat yang benar, insya Allah kedua pasangan akan mengerti kewajiban masing-masing. Masalah-masalah yang hadir dalam bahtera rumah tangga akan bisa diatasi atau bahkan memungkinkan sekali bagi orang-orang yang sudah paham akan kewajiban dan hak sebagai pasangan, yang namanya masalah ataupun yang lainnya—yang bisa mengganggu keharmonisan keluarga akan bisa dihindari. Sekalipun ada, tidak akan sampai berlarut-larut, apalagi sampai terjadi perceraian.

Maka pantas, jika dengan menikah, seseorang dikatakan sudah menggenapkan agamanya, menyempurnakan setengah agamanya, karena dalam rumah tanga itu—katanya—pasti ada saja masalah-masalah di luar dugaan yang bisa menguji kesabaran kita. Makanya di awal, kita jangan hanya membayangkan yang enak-enaknya saja. Pikirkan juga, bagaimana ketika kita dihadapkan dengan masalah-masalah rumah tangga. Harus siap dengan segala sesuatunya.

Wallohua’lam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar